Temen-temen, anda semua pasti pernah paling tidak sekali dalam hidup anda pergi ke taman hiburan kan? Dari mulai pasar malam keliling di lapangan bola kampung sampai ke theme park milik Disney di Tokyo atau Orlando. Nah salah satu ride atau wahana favorit saya kl lagi pergi ke taman hiburan adalah rumah hantu nya atau bule bilang "haunted house" atau "ghost house" atau "ghost ride". Untuk yang kurang beruntung (atau kurang bernyali hehehe) sehingga gak pernah merasakan bahagianya masuk ke wahana rumah hantu, mari saya ceritakan sedikit dalam sebuah paragraf deskriptif sesingkat mungkin yaaa.
Haunted Mansion di Tokyo Disneyland (sumber : disney.wikia.com) |
Wahana rumah hantu biasanya, seperti namanya adalah sebuah struktur buatan (kl di pasar malam keliling dibuat tidak permanen) di mana di dalamnya sengaja disiapkan elemen2 yang tujuan utamanya adalah membuat pengunjung ketakutan setengah mati. Yang paling umum tentu saja lampu yang remang2 dan pastinya hantu2an (hantu lho ya, bukan setan. Krn kl lampu remang2 dan setan itu banyaknya di sepanjang Pantura, di warung remang2 wekekek). Salah satu yang paling berkesan bagi saya adalah rumah hantu milik Taman Safari Indonesia di Cisarua yg saya kunjungi waktu saya masih SD dulu. Gak tau apa sekarang masih ada, tp jelas berpuluh2 kali lebih bagus dari rumah hantu milik tempat2 hiburan lain di jamannya. Ia menggunakan ride, sejenis kereta yg berjalan otmatis di atas rel. Dengan permainan cahaya yang bagus dan hantu2an yg adalah penggabungan antara orang berkostum dan animatronik, saya inget saya sampai ngumpet di ketiak tante saya saking takutnya...
Di luar negeri, ternyata ride hantu2an ini sudah menjadi bisnis yang menarik (di Indonesia jg sudah ada yg menjalankannya seingat saya, dengan membuka ride yang katanya (krn saya belum coba sendiri) keren sekali dari mall ke mall). Sekarang rumah hantu itu tidak lagi cuma tempat gelap berisi orang2 yang pura2 jadi hantu, tapi pengelola sudah menggunakan teknologi tinggi seperti pencahayaan yang dibuat sengaja menyebabkan disorientasi, musik yang menciptakan perasaan takut, tertekan (bahkan konon katanya mereka sudah menggunakan infrasound segala), teknik make up setingkat film Hollywood dan animatronik mahal yg juga biasanya digunakan di film2. Dan semuanya tidak dibuat sembarangan. Semuanya dibuat berdasarkan penelitian psikologi mengenai rasa takut manusia. Karena memang tujuannya, sekali lagi, adalah untuk membuat pengunjung ketakutan. Itu aja, gak ada yang lain.
Okeee...sampai di sini saya berani taruhan pasti temen-temen semua udah bertanya-tanya, "lah terus apa hubungannya rumah hantu-rumah hantuan dengan acara realiti bertema misteri di TV Indonesia, kakaaak???" Hwhwhw...oke lah sebelum memancing kemarahan massa semakin jauh, mari kita masuk ke tema sebenarnya dari apa yang saya coba tulis.
Setelah meluangkan waktu berharga di tengah malam yang semestinya lebih bermanfaat dipakai tidur untuk menonton acara realiti bertema misteri, saya kok melihat ada kemiripan acara-acara ini dengan wahana rumah hantu di taman hiburan. Di mana kemiripannya? Yaitu pada tujuannya yang tak lain dan tak bukan untuk membuat takut peserta dengan segala cara. Inilah yang saya sebut "Efek Rumah Hantu" (lucu-lucuan dari efek rumah kaca hehehe).
banyak yang menuduh acara ini menggunakan talent orang dalam sebagai peserta, dalam artian pesertanya adalah kru mereka sendiri. Saya tidak bilang itu tidak mungkin. Beberapa memang tampak settingan, terutama ketika pada salah satu episode, peserta yang ikut adalah beberapa "paranormal" yang di tengah-tengah acara mengaku mendapat serangan dari "sosok astral" (menggunakan term ciptaan kreator acara ini hehehe) dan mulai bergaya bak pesilat tangguh yang tengah bertarung sengit melawan......angin. Itu pasti settingan agar seru dan penuh aksi. Tapi saya yakin ada beberapa pesertanya yang genuine, orang-orang awam yang dipilih untuk ikut. Namun kemudian peserta ini diletakkan dalam kondisi penuh stimulus pemancing rasa takut, much like wahana rumah-rumahan hantu. Ada beberapa hal yang menurut saya sengaja disiapkan untuk membuat peserta ketakutan.
Salah satu elemen paling mendasar yang tidak akan pernah dilupakan dalam industri rumah-rumahan hantu adalah pencahayaan. Rasa takut pada kegelapan menurut penelitian adalah salah satu fobia paling umum pada manusia. Sebenarnya kita bukan takut pada kegelapannya, tp pada apa yang kita pikir tersembunyi di dalam kegelapan tersebut. Walau ketakutan pada gelap konon katanya mereda seiring bertambahnya usia, tapi ketakutan pada apa yang kita pikir sedang sembunyi di dalam kegelapan itu biasanya bertahan. Coba deh jalan melewati sebuah sudut yang gelap total di malam hari di tempat yang kita tak terlalu kenal. Kebanyakan dari kita akan membayangkan yang aneh-aneh. Minimal membayangkan tau-tau ada sesuatu yang loncat dari dalam kegelapan dan nemplok di badan kita. Iya kan? hihihi...
Masalah pencahayaan inilah yang paling pertama saya sadari sebagai sesuatu yang tidak lazim di acara realiti misteri tersebut. Sebagai orang yang pernah beberapa kali melakukan ghost hunting, salah satu hal yang gak boleh tidak saya bawa adalah SENTER. Ya, senter itu vital banget. Simply karena kita akan masuk ke tempat berpenerangan sangat minim padahal manusia mutlak butuh sinar yang cukup untuk melihat. Dan kenapa harus senter dan bukan lilin? Karena senter lebih membantu dalam exploring area berpenerangan minim dibanding lilin. Yuk kita bahas sama-sama.
Perhatikan dua contoh gambar di atas. Efek yang diberikan cahaya lilin sangat berbeda dengan senter. Senter dengan reflekornya memang dimaksukan untuk menerangi titik yang ditunjuk. Justru di sekitar sumber cahaya (dalam hal ini seter dan orang yang memegang senter) tidak seterang area yang disorot. Sementara lilin, seperti juga obor, lampu pijar, petromax dll hanya menerangi area di sekitar sumber cahaya. sementara di luar area tersebut malah terkesan terlihat lebih gelap oleh mata kita akibat efek cahaya lilin di dekat kita. Mata kita justru tidak dapat beradaptasi terhadap kegelapan di luar jangkauan sinar lilin karena pengaruh cahaya dari lilin tersebut. Akibatnya malah timbul perasaan terkungkung kegelapan. Ketakutan pada apa yang ada di luar area kecil yang di sinari cahaya redup lilin justru meningkat karena kita melihatnya tampak lebih gelap dari yang semestinya. jadi inget kata-kata Christopher Mahon dalam artikelnya "Candlelit World : The Dark Roots Of Myth And Fantasy" : "Candles illustrated man’s deepest fear: that humans lived in tiny circles of light in a vast, dark world"
Pemilihan lilin saya kira memegang peranan penting buanget untuk menimbulkan efek rumah hantu pada peserta. Andaikata diberi senter, peserta yang cukup berani akan lebih mampu mengeksplor area-area yang jauh hanya dengan cahaya senternya. Bayangkan kalau ketika peserta yang melihat sosok berdiri di sebuah pojok gelap lalu berani menyorotkan senternya ke arah sosok itu dan melihat kalau sosok ber-long dress putih dan rambut acak-acakan itu ternyata mengenakan sepatu sneakers dan jam tangan trendy, dan dari balik long dress nya menyembul sebuah name tag berlogo stasiun TV. Bisa bubar itu acara hahaha...Jadi lilin membantu menyembunyikan elemen stimulus rasa takut lainnya, yaitu hantu-hantuan, bunyi benda jatuh yang ternyata cuma kaleng yang dilempar oleh kru acara, ataaau, seperti insiden tempo hari, bunyi ketukan yang ditimbulkan oleh tangan manusia biasa hehehe...
Beberapa waktu yang lalu, seorang mantan peserta bercerita di sebuah media sosial tentang pengalamannya menjadi peserta. Menurut ceritanya, mata semua peserta ditutup rapat sejak sore hingga menjelang shooting dimulai. Bahkan pergi ke toilet pun harus dengan mata tertutup. Pertanyaannya : kenapa harus seperti ini? Macam di film G30S/PKI aja hehehe...Nah ini elemen efek rumah hantu yang berikutnya. Peserta sengaja dibuat asing sama sekali dengan lokasi yang (konon katanya) angker tersebut. Ada beberapa tujuan yang diharapkan dari cara ini. Pertama, peserta pasti lebih mudah takut pada sebuah lokasi yang sama sekali asing daripada bila ia diberi kesempatan untuk mengobservasi lokasi walau hanya sekilas. Tapi masa sampai harus bener-bener ditutup matanya? Lihat-lihat sedikit kan boleh. Nah ini membawa kita ke tujuan yang kedua, yaitu peserta yang asing dengan lokasi kemungkinan besar tidak akan berani pergi terlalu jauh dari lokasi yang sudah ditentukan. Sehingga hantu-hantuan, kru yang siap-siap membuat bunyi-bunyian dan lain-lain elemen efek rumah hantu bisa dipastikan tidak akan terbongkar gara-gara peserta yang kelewat berani mengeksplor area yang seharusnya tidak dilihat oleh peserta hehehe...
Oke, agak serius sekarang. Dalam dunia ghost investigation, dikenal istilah "fear cage effect". Saat seorang ghost investigator melakukan penyelidikan ke suatu lokasi, maka salah satu elemen yang paling pertama diukur adalah tingkat radiasi elektromagnetik. Kenapa? Karena radiasi elektromagnetik diyakini memiliki efek pada manusia yang seringkali disalah artikan sebagai kejadian supernatural. Elektromagnetik yang kuat bisa menyebabkan rasa tidak enak, ketakutan, mual, bahkan halusinasi dan ruam di kulit. Efek ini menjadi lebih kuat ketika radiasi eletromagnetik terjadi di dalam ruangan kecil dan tertutup. Biasanya disebabkan oleh adanya perangkat elektronik, kabel listrik yang terkelupas, aliran air di sungai bawah tanah dll. Nah radiasi elektromagnetik di dalam ruangan kecil inilah yang disebut sebagai "fear cage effect"
Sekarang bayangkan lokasi acara realiti misteri. Seringkali lokasinya adalah di sebuah ruangan tertutup, namun peserta dikelilingi berbagai perangkat elektronik yang memancarkan radiasi elektromagnetik tinggi seperti kamera, generator, kabel-kabel yang mungkin sambungannya tidak rapi karena hanya dibungkus duct tape dll. Coba saja ukur dengan EMF meter, pasti radiasi elektromagnetiknya tinggi sekali di situ. Kalau elektromagnetik bener-bener menyebabkan efek yang saya sebut di atas, maka peserta akan dihantam fear cage effect di lokasi tersebut. Ketakutannya yang sudah terakumulasi oleh elemen2 efek rumah hantu lainnya makin diperparah oleh fear cage effect. Tidak aneh lah makanya kalau misalnya kelelawar yang terbang lewat, atau sekedar ketukan, atau kaleng rombeng yang dijatuhkan saja sudah menimbulkan ketakutan yang amat sangat pada diri peserta. Ini salah satu lagi elemen efek rumah hantu yang mungkin saja sebenernya gak disadari oleh si pembuat acara tapi memberikan kontribusi yang besar dalam membuat peserta ketakutan beneran hehehe...
Ini semua ditambah lagi dengan cerita-cerita seram yang menjadi latar belakang lokasi acara, plus paranormal yang (gak tau bener apa enggak) berkomunikasi dengan "mahluk astral" (masih pingin ngakak denger istilah itu), menambah efek rumah hantu pada peserta. Dan ini gak main-main lho, karena saya yakin beberapa peserta bener-bener ketakutan hingga pingsan, bahkan kesurupan. Yep! Beberapa dari mereka memang "kesurupan" beneran, bukan akting. Eits, tapi nanti dulu. Kesurupan inipun punya penjelasan ilmiah. Karena banyak ahli kejiwaan yang meyakini bahwa kesurupan (possession) itu sebenernya gak lain dan gak bukan hanyalah sebuah bentuk penyimpangan kejiwaan yang dulu dikenal dengan "hysteria". Tapiiii tentang ini kita tangguhkan utk tulisan selanjutnya aja yak hehehe...
Oke, lalu apa yang salah dengan acara realiti misteri sehingga saya nulis panjang lebar begini? Gak ada kok. Acara ini kan emang hanya hiburan yang mengeksploitasi ketakutan orang pada hal-hal yang tidak diketahui. Persis dengan wahana rumah hantu di taman hiburan. Tapi ada satu kesalahan fatal sebenernya sih, yaitu pada kenyataan bahwa si pembuat acara berusaha meyakinkan penonton bahwa semua kejadian misterius yang terjadi di acara itu adalah supernatural, gak ada penjelasan lainnya. Tapi ketika pernyataan itu di-debunk dengan penjelasan saya di atas, bukankah yang mereka lakukan adalah pembohongan publik? Bahwa ketika hantu yang muncul adalah hantu bohongan dan bahwa ketakutan peserta disetting sedemikian rupa, bukan hasil dari fenomena supernatural yang dijanjikan oleh si pembuat acara, bukankah itu tidak etis? Bahkan mengarah ke pembodohan yang tidak mendidik yang mengajak masyarakat untuk terus berpikir klenis? Silahkan temen-temen simpulkan sendiri. Apakah masih mau menonton acara ini dengan anak-anak anda yang tanpa sadar dibuat bodoh? Be wise, be smart.
Okeee...sampai di sini saya berani taruhan pasti temen-temen semua udah bertanya-tanya, "lah terus apa hubungannya rumah hantu-rumah hantuan dengan acara realiti bertema misteri di TV Indonesia, kakaaak???" Hwhwhw...oke lah sebelum memancing kemarahan massa semakin jauh, mari kita masuk ke tema sebenarnya dari apa yang saya coba tulis.
Setelah meluangkan waktu berharga di tengah malam yang semestinya lebih bermanfaat dipakai tidur untuk menonton acara realiti bertema misteri, saya kok melihat ada kemiripan acara-acara ini dengan wahana rumah hantu di taman hiburan. Di mana kemiripannya? Yaitu pada tujuannya yang tak lain dan tak bukan untuk membuat takut peserta dengan segala cara. Inilah yang saya sebut "Efek Rumah Hantu" (lucu-lucuan dari efek rumah kaca hehehe).
banyak yang menuduh acara ini menggunakan talent orang dalam sebagai peserta, dalam artian pesertanya adalah kru mereka sendiri. Saya tidak bilang itu tidak mungkin. Beberapa memang tampak settingan, terutama ketika pada salah satu episode, peserta yang ikut adalah beberapa "paranormal" yang di tengah-tengah acara mengaku mendapat serangan dari "sosok astral" (menggunakan term ciptaan kreator acara ini hehehe) dan mulai bergaya bak pesilat tangguh yang tengah bertarung sengit melawan......angin. Itu pasti settingan agar seru dan penuh aksi. Tapi saya yakin ada beberapa pesertanya yang genuine, orang-orang awam yang dipilih untuk ikut. Namun kemudian peserta ini diletakkan dalam kondisi penuh stimulus pemancing rasa takut, much like wahana rumah-rumahan hantu. Ada beberapa hal yang menurut saya sengaja disiapkan untuk membuat peserta ketakutan.
Salah satu elemen paling mendasar yang tidak akan pernah dilupakan dalam industri rumah-rumahan hantu adalah pencahayaan. Rasa takut pada kegelapan menurut penelitian adalah salah satu fobia paling umum pada manusia. Sebenarnya kita bukan takut pada kegelapannya, tp pada apa yang kita pikir tersembunyi di dalam kegelapan tersebut. Walau ketakutan pada gelap konon katanya mereda seiring bertambahnya usia, tapi ketakutan pada apa yang kita pikir sedang sembunyi di dalam kegelapan itu biasanya bertahan. Coba deh jalan melewati sebuah sudut yang gelap total di malam hari di tempat yang kita tak terlalu kenal. Kebanyakan dari kita akan membayangkan yang aneh-aneh. Minimal membayangkan tau-tau ada sesuatu yang loncat dari dalam kegelapan dan nemplok di badan kita. Iya kan? hihihi...
Masalah pencahayaan inilah yang paling pertama saya sadari sebagai sesuatu yang tidak lazim di acara realiti misteri tersebut. Sebagai orang yang pernah beberapa kali melakukan ghost hunting, salah satu hal yang gak boleh tidak saya bawa adalah SENTER. Ya, senter itu vital banget. Simply karena kita akan masuk ke tempat berpenerangan sangat minim padahal manusia mutlak butuh sinar yang cukup untuk melihat. Dan kenapa harus senter dan bukan lilin? Karena senter lebih membantu dalam exploring area berpenerangan minim dibanding lilin. Yuk kita bahas sama-sama.
Cahaya senter (sumber foto : wiki.blender.org) |
Cahaya lilin (sumber foto : news.nationalpost.com) |
Pemilihan lilin saya kira memegang peranan penting buanget untuk menimbulkan efek rumah hantu pada peserta. Andaikata diberi senter, peserta yang cukup berani akan lebih mampu mengeksplor area-area yang jauh hanya dengan cahaya senternya. Bayangkan kalau ketika peserta yang melihat sosok berdiri di sebuah pojok gelap lalu berani menyorotkan senternya ke arah sosok itu dan melihat kalau sosok ber-long dress putih dan rambut acak-acakan itu ternyata mengenakan sepatu sneakers dan jam tangan trendy, dan dari balik long dress nya menyembul sebuah name tag berlogo stasiun TV. Bisa bubar itu acara hahaha...Jadi lilin membantu menyembunyikan elemen stimulus rasa takut lainnya, yaitu hantu-hantuan, bunyi benda jatuh yang ternyata cuma kaleng yang dilempar oleh kru acara, ataaau, seperti insiden tempo hari, bunyi ketukan yang ditimbulkan oleh tangan manusia biasa hehehe...
Beberapa waktu yang lalu, seorang mantan peserta bercerita di sebuah media sosial tentang pengalamannya menjadi peserta. Menurut ceritanya, mata semua peserta ditutup rapat sejak sore hingga menjelang shooting dimulai. Bahkan pergi ke toilet pun harus dengan mata tertutup. Pertanyaannya : kenapa harus seperti ini? Macam di film G30S/PKI aja hehehe...Nah ini elemen efek rumah hantu yang berikutnya. Peserta sengaja dibuat asing sama sekali dengan lokasi yang (konon katanya) angker tersebut. Ada beberapa tujuan yang diharapkan dari cara ini. Pertama, peserta pasti lebih mudah takut pada sebuah lokasi yang sama sekali asing daripada bila ia diberi kesempatan untuk mengobservasi lokasi walau hanya sekilas. Tapi masa sampai harus bener-bener ditutup matanya? Lihat-lihat sedikit kan boleh. Nah ini membawa kita ke tujuan yang kedua, yaitu peserta yang asing dengan lokasi kemungkinan besar tidak akan berani pergi terlalu jauh dari lokasi yang sudah ditentukan. Sehingga hantu-hantuan, kru yang siap-siap membuat bunyi-bunyian dan lain-lain elemen efek rumah hantu bisa dipastikan tidak akan terbongkar gara-gara peserta yang kelewat berani mengeksplor area yang seharusnya tidak dilihat oleh peserta hehehe...
Oke, agak serius sekarang. Dalam dunia ghost investigation, dikenal istilah "fear cage effect". Saat seorang ghost investigator melakukan penyelidikan ke suatu lokasi, maka salah satu elemen yang paling pertama diukur adalah tingkat radiasi elektromagnetik. Kenapa? Karena radiasi elektromagnetik diyakini memiliki efek pada manusia yang seringkali disalah artikan sebagai kejadian supernatural. Elektromagnetik yang kuat bisa menyebabkan rasa tidak enak, ketakutan, mual, bahkan halusinasi dan ruam di kulit. Efek ini menjadi lebih kuat ketika radiasi eletromagnetik terjadi di dalam ruangan kecil dan tertutup. Biasanya disebabkan oleh adanya perangkat elektronik, kabel listrik yang terkelupas, aliran air di sungai bawah tanah dll. Nah radiasi elektromagnetik di dalam ruangan kecil inilah yang disebut sebagai "fear cage effect"
Sekarang bayangkan lokasi acara realiti misteri. Seringkali lokasinya adalah di sebuah ruangan tertutup, namun peserta dikelilingi berbagai perangkat elektronik yang memancarkan radiasi elektromagnetik tinggi seperti kamera, generator, kabel-kabel yang mungkin sambungannya tidak rapi karena hanya dibungkus duct tape dll. Coba saja ukur dengan EMF meter, pasti radiasi elektromagnetiknya tinggi sekali di situ. Kalau elektromagnetik bener-bener menyebabkan efek yang saya sebut di atas, maka peserta akan dihantam fear cage effect di lokasi tersebut. Ketakutannya yang sudah terakumulasi oleh elemen2 efek rumah hantu lainnya makin diperparah oleh fear cage effect. Tidak aneh lah makanya kalau misalnya kelelawar yang terbang lewat, atau sekedar ketukan, atau kaleng rombeng yang dijatuhkan saja sudah menimbulkan ketakutan yang amat sangat pada diri peserta. Ini salah satu lagi elemen efek rumah hantu yang mungkin saja sebenernya gak disadari oleh si pembuat acara tapi memberikan kontribusi yang besar dalam membuat peserta ketakutan beneran hehehe...
Ini semua ditambah lagi dengan cerita-cerita seram yang menjadi latar belakang lokasi acara, plus paranormal yang (gak tau bener apa enggak) berkomunikasi dengan "mahluk astral" (masih pingin ngakak denger istilah itu), menambah efek rumah hantu pada peserta. Dan ini gak main-main lho, karena saya yakin beberapa peserta bener-bener ketakutan hingga pingsan, bahkan kesurupan. Yep! Beberapa dari mereka memang "kesurupan" beneran, bukan akting. Eits, tapi nanti dulu. Kesurupan inipun punya penjelasan ilmiah. Karena banyak ahli kejiwaan yang meyakini bahwa kesurupan (possession) itu sebenernya gak lain dan gak bukan hanyalah sebuah bentuk penyimpangan kejiwaan yang dulu dikenal dengan "hysteria". Tapiiii tentang ini kita tangguhkan utk tulisan selanjutnya aja yak hehehe...
Oke, lalu apa yang salah dengan acara realiti misteri sehingga saya nulis panjang lebar begini? Gak ada kok. Acara ini kan emang hanya hiburan yang mengeksploitasi ketakutan orang pada hal-hal yang tidak diketahui. Persis dengan wahana rumah hantu di taman hiburan. Tapi ada satu kesalahan fatal sebenernya sih, yaitu pada kenyataan bahwa si pembuat acara berusaha meyakinkan penonton bahwa semua kejadian misterius yang terjadi di acara itu adalah supernatural, gak ada penjelasan lainnya. Tapi ketika pernyataan itu di-debunk dengan penjelasan saya di atas, bukankah yang mereka lakukan adalah pembohongan publik? Bahwa ketika hantu yang muncul adalah hantu bohongan dan bahwa ketakutan peserta disetting sedemikian rupa, bukan hasil dari fenomena supernatural yang dijanjikan oleh si pembuat acara, bukankah itu tidak etis? Bahkan mengarah ke pembodohan yang tidak mendidik yang mengajak masyarakat untuk terus berpikir klenis? Silahkan temen-temen simpulkan sendiri. Apakah masih mau menonton acara ini dengan anak-anak anda yang tanpa sadar dibuat bodoh? Be wise, be smart.