Thursday, February 7, 2019

ULAR KAKI EMPAT: MITOS, KENYATAAN ATAU MISIDENTIFIKASI?


Wah, udah lama gak nulis yak. It's been literally years....

Jadi tempo hari, lagi asik2 browsing, saya ketemu berita ini: Kadal Dengan Racun Serupa Kobra Berkeliaran di Desa Batuan Kaler Sukawati, Gigitannya Mematikan!

Untuk yg males buka linknya, saya ceritain sedikit deh ya. Jadi warga sebuah desa di Bali dihebohkan (pake bahasa media, "dihebohkan" wkwkwk) kemunculan seekor hewan serupa ular tapi berkaki empat yang konon kabarnya sangat berbisa. Binatang sepanjang 20cm dan ekstrimli lincah itu diidentifikasikan (dengan sangat ceroboh wkwkwk) oleh si media sebagai Lygosoma quadrupes, atau di Indonesia dikenal sebagai kadal ular

"kadal ular" di Bali yg konon kabarnya highly venomous itu. Photo courtesy of Tribun-Bali.com

Apakah beneran itu Lygosoma quadrupes? Dan apakah Lygosoma quadrupes beracun? Kita bahas nanti di bawah, karena saya mau cerita sesuatu dulu nih, tentang ular kaki empat dari Papua

Kami sekeluarga cukup akrab dengan Papua karena orang tua saya, ibu saya terutama, lama sekali tinggal di sana. Ibu tinggal di Papua sejak awal 1960an, ikut kakek saya yang jadi polisi di Sorong, Biak dan Jayapura. Jadi ibu sering sekali berbagi cerita tentang hidup beliau di sana. Salah satunya yang belakangan jadi menarik untuk saya adalah tentang ular kaki empat

Kalau menilik cerita ibu, orang Papua takut sekali sama ular kaki empat ini. Legendaris lah mautnya, bisanya sangat mematikan. Dan ibu saya pernah first encounter dengan mahluk ini. Begini ceritanya (biar serem kayak acara misteri di TV wkwkwk)

Awal 70an, setelah ibu saya menikah dengan ayah saya, beliau ditugasi oleh perusahaan penerbangan tempat ayah saya bekerja sebagai pilot untuk mengurus mess tempat penerbang-penerbang muda perusahaan tersebut tinggal selama mereka bertugas di Papua. Ya semacam ibu asrama lah. Suatu ketika, saya lupa kapan tepatnya, tapi masih di awal/pertengahan 1970an, pesawat yang diawaki beberapa penerbang yang tinggal di mess ibu mengalami kecelakaan. Pesawat mereka hilang di pedalaman Papua. Operasi SAR segera dilakukan. Ayah saya yang adalah senior pilot-pilot muda tersebut ikut dalam operasi sebagai volunteer. Beberapa waktu setelah operasi dilakukan, lokasi pesawat ditemukan. Semua awak dan penumpang ditemukan dalam kondisi meninggal dunia. Setelah jenazah dievakuasi, barang-barang pribadi para korban juga ikut diangkat untuk diidentifikasi dan dikembalikan ke keluarga. Sebagai ibu asrama yang mengenal dekat para pilot muda tersebut, ibu saya yang kebagian paling pertama tugas identifikasi ini

Salah satu barang yang harus ibu identifikasi adalah koper, atau ibu saya biasa sebut "nav bag", milik salah satu pilot. Setelah koper dibuka, ibu saya, sambil nangis pastinya, merogohkan tangan ke dalam lalu mengeluarkan saru persatu barang-barang di dalamnya untuk mengidentifikasi milik siapa koper tersebut. Tiba-tiba seekor binatang seukuran kucing kecil merayap keluar dari dalam koper. Semua orang langsung kabur karena mereka tau itu si ular kaki empat yang legendaris itu!

Menurut ibu, ular kaki empat itu wujudnya lebih seperti kadal daripada ular, bertubuh gemuk ("bujel", kalau kata ibu saya hahaha), kakinya pendek, dan kepalanya berbentuk segitiga. Gerakannya lamban tapi bisa agresif kalau terdesak. Menurut yang ibu dengar dari masyarakat setempat, ular kaki empat bukan saja highly venomous, tapi juga suka menyerang tanpa diprovokasi. Dan yang lebih ngeri, kadal gendut ini bisa loncat menerkam sejauh sampai 3 meter!

Tp seberapa populer ular kaki empat di Papua sih? SANGAT. So far, semua orang Papua yang saya kenal tau cerita tentang ular kaki empat. Banyak yang ngakunya pernah lihat sendiri, banyak yang cuma denger-denger aja. Ular kaki empat juga sempet disebut di buku "Perjalanan Seorang Prajurit Para Komando" tulisan Hendro Subroto yang adalah biografi mantan Danjen Kopassus Letjen Sintong Panjaitan. Di buku itu ada disebut bahwa yang prajurit komando paling takut waktu bertugas di hutan pedalaman adalah ular kaki empat. "Belum pernah ada orang yang digigit ular kaki empat yang tidak mati", kata salah satu prajurit komando yang adalah putra asli Papua seperti dikutip dalam buku tersebut

Nah, yang menarik, sampai sejauh ini belum ada ular maupun reptil dengan ciri-ciri ini di Papua yang diidentifikasikan memiliki bisa, apalagi yang bisanya begini mematikan. Di Papua sendiri ada bebereapa ular berbisa, bahkan masuk list most venomous snake in the planet. Antaranya Papuan Taipan (Oxyuranus scutellatus canni), Papuan Black Snake atau Tedung Hitam Papua (Pseudechis papuanus), Papuan Whip Snake (Demansia papuensis), dan Ular Putih (Micropechis ikaheka). Tapi ya semuanya ular, maksudnya gak ada yang berkaki, apalagi kakinya sampai empat wkwkwk. Lalu mahluk apa ya ini sebenernya?


Papuan Whip Snake (courtesy of: mindenpictures.com)
Papuan Black Snake (courtesy of: arod.com.au)
Papuan Taipan (courtesy of: calphotos.berkeley.edu)

Mereka yang 'pernah lihat' ular kaki empat, hampir semuanya menyebutkan ciri yang hampir sama: berbodi gendut, warna keabuan, kepala segitiga, dan, ini yang menarik, berlidah biru. Ini sih udah pasti blue-tongued skink (Tiliqua scincoides) atau orang sini kasih nama kadal panana. Bahkan di buku biografi Jendral Sintong yang tadi itupun disebut bahwa ular kaki empat punya nama latin Tiliqua scincoides


Blue-tongued Skink atau Kadal Panana (courtesy of: petpet.id)

Nah masalahnya kadal panana sama sekali gak berbisa. Sampai sejauh ini belum ada teridentifikasi spesies scincidae yang berbisa. Dan kadal panana juga gak agresif. Kadal gendut ini bahkan dijual di pet shop-pet shop dan bisa digendong-gendong saking jinaknya. Jadi bisa kita dismissed lah kadal panana sebagai tersangka kita

Lalu apa? Misidentifikasi? Bisa jadi sih. Mungkin aja korban yang pernah digigit sebenernya dipatuk mahluk berbisa lain, tapi karena kebetulan ada kadal panan di situ maka dia yang dituduh. Kesian ya.... Eh tapi kok dengan sedemikian banyak saksi rasanya agak aneh kalau semuanya salah mengidentifikasi


Saya kok cenderung sepakat sama pendapat bahwa ular kaki empat ini adalah spesies baru yang belum teridentifikasi. Ya kalau ular-ular berbisa di Papua spt taipan, tedung hitam dan whip snake baru teridentifikasi tahun 2000, dengan luas hutan hampir 30 juta hektar, sangat mungkin sih masih banyak spesies belum teridentifikasi di Papua

Oh iya. Ngomong-ngomong cerita tentang kadal galak yang highly venomous juga ada di beberapa negara Eropa spt Jerman, Swiss, Austria, Italia dan Perancis. Namanya Tatzelwurm. Tatzelwurm ini digambarkan berwujud seperti kadal, ada yang bilang berkaki 2, tp ada jg yang bilang berkaki empat. Tubuhnya berwarna coklat muda dengan panjang sekitar 1 sampai 3 kaki. Binatang ini konon kabarnya sangat berbisa dan sangat agresif, suka menyerang dengan cara melompat ke korbannya. Jauh loncatannya sekitar 1 sampai 3 meteran. Hmmm...mirip ular kaki empat yak

Nah terus gimana tentang ular kaki empat di Bali yang tadi itu? Kok malah lupa wkwkwk. Yang pertama sih media yang nulis itu jelas-jelas misidentifikasi. Di situ ditulis kadal itu adalah Lygosoma quadrupes. Padahal sih jelas-jelas bukan....Perhatikan aja gambar di bawah ini



Lygosoma quadrupes (courtesy of: Wikipedia)

Nah, bukan kan? Kalau diperhatikan sih sepertinya kadal di Bali itu adalah Long-tailed Grass Lizard (Takydormus sexlineatus) atau orang Indonesia menyebutnya simply Kadal Rumput. Di Jawa Barat namanya orong-orong. Kadal rumput sebenernya kadal yang sangat lazim di Indonesia dan hampir semua negara Asia Tenggara. Di rumah saya sini aja ada kok. Dan mereka sama sekali gak berbisa. Spt kadal panana, kadal rumput juga dijual di pet shop-pet shop di luar negeri. Biasanya untuk dipelihara di terarium


Kadal rumput atau orong-orong (courtesy of: calphoto.berkeley.edu)

Harusnya sih dilakukan penyelidikan lebih jauh tentang laporan ular kaki empat ini, baik yang di Bali maupun di Papua. Pertama, kalau mereka ini adalah unidentified species, pastinya akan bermanfaat untuk ilmu pengetahuan. Dan yang kedua, kalau hewan-hewan ini punya racun yang segawat yang dilaporkan, wah bisa bahaya dong kalau gak buru-buru diidentifikasi dan dikontrol. Moga-moga pihak yang berwenang, akademisi dan pokoknya siapa aja yang tertarik mau melakukan sesuatu