Wednesday, October 28, 2020

Pengalaman Pribadi: UFO di Pulau Biak, Irian Jaya

Tepat 5 tahun lalu, 28 Oktober 2015, ibu saya meninggal dunia di usia 63 tahun. Hari ini untuk mengenang ibu, saya ingin nulis sebuah kejadian yang beliau alami sekitar 40 tahun lalu di Pulau Biak, Papua (waktu itu masih Irian Jaya).

Ibu saya lama sekali tinggal di Irian Jaya, sejak masih remaja hingga sudah menikah. Bahkan kakak saya sempat tinggal di sana juga beberapa tahun sebelum ibu dan bapak pindah ke Jakarta di tahun 1976. Kebetulan kakek saya, bapak dari ibu, adalah seorang polisi. Entah kenapa hampir sepanjang karirnya beliau habiskan di Irian Jaya, terutama di Sorong, Biak, dan Jayapura. 

Ibu menikah dengan ayah saya di tahun 1971. Ayah waktu itu adalah seorang pilot untuk sebuah maskapai plat merah (sekarang sudah tutup ya kalau gak salah?) yang based di pulau Biak. Sebagai istri seorang pilot yang relatif senior di sana, ibu saya mendapat tugas tidak resmi untuk mengurus rumah tinggal ("mess" sebutannya, gak tau apa sekarang masih disebut itu) untuk para pilot yang masih junior (dan umumnya belum berkeluarga).

Suatu ketika di awal 70an, ibu tidak ingat pasti tahun persisnya, ayah dan para juniornya sejak beberapa hari ramai memperbincangkan tentang, yang saya quote dari ibu, "benda langit yang akan lewat di atas Biak". Ibu tidak pernah jelas benda langit apa yang mereka perbincangkan. Ayah saya memang gitu orangnya, males menjelaskan kalau ditanya. Kami anak-anaknya aja paling ogah kalau harus nanya pelajaran sekolah ke beliau. Karena ujung-ujungnya cuma akan kena marah wkwkwk

Hari H pun tiba. Para pilot rame-rame berkumpul di mess untuk menunggu benda langit tersebut lewat. Ibu sebetulnya ingin ikut, tapi masih ada urusan di rumah kakek yang tidak jauh letaknya dari mess penerbang. Jadi ibu berjanji pada ayah akan datang menyusul setelah pekerjaannya selesai. 

Senja datang, hari mulai gelap. Setelah urusan selesai, ibu langsung meninggalkan rumah kakek menuju mess penerbang. Sendirian, jalan kaki. Kebetulan sebagai putri kesayangan seorang Danres mestinya gak ada orang yang berani jahat lah ya, makanya berani sendirian.

Menurut ibu, jalan yang harus beliau lalui adalah melewati tepi pantai (haduuuuh kebayang bagusnya...) dengan pohon-pohon kelapa berjajar membatasi jalan aspal dengan pantai. Saat itu tiba-tiba ibu mendengar bunyi di ketinggian. "Bunyinya seperti bunyi api kompor", begitu kata ibu kepada kami. Refleks ibu menengok ke atas. Dan di situ ibu melihat bola api terbang melintas. Tidak tinggi di langit, tapi hanya setinggi pucuk pohon kelapa, karena menurut ibu ada beberapa daun kelapa yang ikut terbakar tersambar bola api itu. Dan benda itu tidak melintas cepat seperti pesawat-pesawat tempur AURI yang ibu sering lihat saat mereka sedang berlatih, benda itu terbang santai tapi pasti melintas diagonal dari kiri belakang ibu ke arah depan.

Setengah mati takutnya ibu. Ya pasti lah ya, saya juga bakalan takut sih. Tapi menurut ibu, yang membuatnya sangat takut adalah karena ibu pikir benda itu sejenis teluh yang dikirim seorang ahli ilmu hitam ke korbannya. Namanya orang jaman dulu, pikirannya masih klenik. Eh tapi sia tau sih. We might never know.

Karena takut, ibu berlari sekuat tenaga menuju mess penerbang. Setibanya di sana, disambut tatapan heran ayah dan para pilot muda, ibu dengan panik menceritakan apa yang baru saja beliau alami. Eh, bukannya bersimpati, kata ibu, ayah dan para pilot muda malah tampak kecewa. "Yaaaah... itu yang kita tunggu-tunggu dari tadi...". Ibu langsung menanyakan lagi, apa sih yang sebetulnya mereka tunggu itu, tapi ayah saya yang aneh itu tetep gak mau cerita. Aneh bener emang...

Nah, jadi apa yang ibu saya lihat? Kalau menilik para pilot yang "menunggu benda langit yang mau lewat", mestinya itu adalah komet, meteor, atau sampah antariksa yang jatuh ke bumi yang mereka telah mendapatkan kabar tentangnya sebelumnya. Tapi saya pernah ngobrol-ngobrol dengan beberapa kawan dari BETA-UFO beberapa tahun yang lalu tentang ini, dan mereka pastikan tidak ada catatan mengenai meteor atau sampah luar angkasa yang jatuh di Indonesia di awal 70an. Tidak juga ada catatan tentang komet yang melintas. Lagipula, mana ada komet terbang setinggi pohon kelapa, ya kan?

Saya juga pernah tanyakan pada ayah tentang ini, tentang apa yang mereka tunggu di malam hari di tahun 70an itu. Dan jawaban ayah saya hanya, "apa ya? Papa gak inget". Halaaaah :'(

Looks like we will never know....