Bagi anda yang sempat melewati dekade 80-an, mungkin sempat melewati sebuah periode di awal dekade ini ketika masyarakat Jakarta dihebohkan oleh sebuah isu tentang sesosok mahluk yang dikenal dengan nama “Drakula Cinta”. Terlepas dari namanya yang norak, Drakula Cinta sempat membuat takut gadis-gadis di seputar Jabotabek karena “drakula” ini memang konon menyasar perawan-perawan sebagai korbannya. Diyakini, “mahluk” yang demikian lincahnya sehingga bisa meloncati atap-atap rumah ini menggigit dan menghisap darah gadis-gadis sehingga membuat para orang tua memasang berbagai penangkal vampir, mulai dari penangkal-penangkal khas Hollywood seperti bawang putih dan salib hingga yang kurang lumrah seperti paku, lonceng kecil, cermin, kertas-kertas kuning berisi mantra berhuruf kanji dan lain-lain.
Pada periode yang sama, tepatnya di tahun 1984, harian Sinar Harapan, yang kemudian dikutip oleh New York Times, memuat berita tentang serangan yang dialami 21 wanita di Medan, Sumatera Utara yang mengakibatkan luka bekas gigitan di leher semua wanita tersebut. Kepada polisi mereka mengaku diserang oleh seorang laki-laki yang masuk ke kamar-kamar tidur mereka pada malam hari lalu mengigit dan menghisap darah mereka. Berita heboh ini bahkan mengundang seorang anggota DPR kurang kerjaan datang jauh-jauh dari Jakarta untuk menemui mereka.
Jadi, ada vampir di Indonesia? Kurang tahu juga ya. Tapi yang jelas folklor tentang mahluk-mahluk penghisap darah, baik undead maupun manusia yang diyakini menghisap darah korbannya dalam rangka menuntut sebuah ilmu hitam memang bisa ditemui di banyak suku bangsa dari Sabang hingga Merauke. Yuk kita bahas satu persatu, berdasarkan wilayah sebaran folklornya mulai dari barat sampai ke timur.
PALASIK. Vampir ini hidup dalam folklor masyarakat Padang, Sumatera Barat. Orang Minang percaya bahwa palasik adalah orang yang menganut sebuah ilmu hitam yang mengharuskan dirinya secara berkala menghisap darah manusia. orang yang memperlajari ilmu palasik akan dapat melepaskan kepalanya dari tubuh. Kepala inilah yang melayang mencari mangsa terutama wanita dan anak-anak.
CINDAKU. Sebenarnya cindaku tidak bisa digolongkan sebagai vampir karena mereka sebenarnya konon adalah orang-orang yang dapat merubah dirinya, secara sukarela maupun terpaksa, menjadi harimau. Cindaku lebih dikenal dengan nama “Manusia Harimau” atau “Harimau Siluman”, tokoh yang diangkat oleh penulis SB Chandra dalam novel bestseller tahun 80-an berjudul, apalagi kalau bukan, “Manusia Harimau”. Meskipun cindaku bukan vampir, namun masyarakat Minang yang memiliki folklor tentang mahluk ini meyakini bahwa cindaku juga menghisap darah meski dengan cara yang kurang lazim yaitu hanya dengan memandang korbannya itu dari kejauhan. Sebagian masyarakat Minang juga percaya bahwa karakteristik ini dimiliki pula oleh penganut-penganut palasik.
KUYANG. Kalimantan mungkin adalah wilayah dengan folklor vampir paling banyak di Indonesia. Salah satunya adalah kuyang. Yang menarik, kuyang ternyata mirip dengan palasik dari Sumatera. Mereka diyakini sebagai orang-orang yang tengah belajar ilmu yang pada waktu-waktu tertentu akan melepaskan kepalanya dari tubuh untuk mencari mangsa yang akan dihisap darahnya. Tapi masyarakat Kalimantan, terutama di Kalimantan TImur, percaya bahwa kepala kuyang tidak akan “beroperasi” masih dengan berbentuk kepala karena kepala-kepala ini akan menyamar menjadi binatang terutama kucing dan burung. Kuyang memiliki minat khusus kepada wanita-wanita hamil dan bayi yang baru saja dilahirkan (sebuah “minat” yang dimiliki beberapa vampir dari folklor-folklor suku yang berbeda di Indonesia. Kita akan bahas tentang ini nanti). Karenanya seorang wanita yang tengah hamil dianjurkan untuk tidak berbicara dengan orang asing, terutama yang mencoba menyentuh perut sang wanita hamil. Konon seorang kuyang bisa mengambil janin dari dalam perut seorang ibu hamil hanya dengan menyentuhnya. Seseorang yang belajar ilmu kuyang memiliki ciri tertentu sehingga sebenarnya mudah dikenali. Mereka biasanya mengenakan kain atau scarf di leher mereka sepanjang, waktu konon untuk menutupi garis merah seperti bekas luka tempat terputusnya kepala mereka.
HANTUEN. Hantuen memang tidak seterkenal kuyang, namun ternyata hantuen lebih menarik perhatian antropolog sedunia karena memiliki dasar cerita rakyat yang jelas. Salah satunya adalah cerita yang dicatat oleh Anne Louis Schiller dalam buku “Small Sacrifices : Religious Change and Cultural Identity Among the Ngaju of Borneo”. Menurut cerita yang dipercaya masyarakat Dayak Ngaju di Kalimantan Tengah, kisah asal muasal hantuen dimulai ketika 2 muda mudi dari 2 desa yang berbeda bernama Antang Taui dan Tapih saling jatuh cinta lalu menikah. Mereka kemudian mengangkat anak seorang bocah ajaib jelmaan seekor angkes (mungkin sejenis musang dalam logat setempat) serta seorang anak gadis jelmaan ikan. Kedua anak siluman itu kemudian saling jatuh cinta dan menikah dan tak lama kemudian sang gadis siluman melahirkan anak. Tapi kemudian anak mereka mati. Karena masyarakat Dayak memiliki ritual kematian yang membutuhkan biaya besar, maka suami istri siluman ini meminta dana kepada Antang Taui untuk mengurus jenazah anak mereka. Antang Taui langsung marah dan berkata bahwa anak mereka bukan anak manusia sehingga tidak perlu dibuatkan upacara. Kedua pasangan siluman itu marah besar dan melarikan diri ke hutan dengan sumpah bahwa anak-anak mereka kelak akan memangsa manusia. Di dalam hutan kedua siluman ini membangun sebuah komunitas yang kemudian menjadi masyarakat vampir yang oleh suku-suku Dayak setempat dikenal dengan hantuen. Anne Schiller ketika melakukan riset di Kalimantan memperoleh cerita dari beberapa antropolog barat lainnya yang melihat seorang anak yang mencoba menghisap darah jenazah bayi penduduk setempat yang tengah dimakamkan. Oleh ibu anak tersebut diakui bahwa ia sekeluarga adalah keturunan hantuen dan karenanya tidak ada yang berani mengganggu mereka. Hantuen, seperti juga kuyang, memiliki kemampuan memisahkan kepala dari tubuh dan gemar memangsa wanita hamil dan bayi. Karenanya banyak yang meyakini bahwa ilmu kuyang yang dipelajari para kuyang sebenarnya berasal dari masyarakat hantuen.
BUO. Buo lebih tidak terkenal lagi dari hantuen. Tapi cerita tentang buo dapat ditemui di hampir semua suku Dayak di Kalimantan. Dan buo memiliki karakteristik yang lebih mirip dengan vampir-vampir di barat. Orang-orang Dayak yakin buo adalah mayat para prajurit kuno yang tewas di medan perang dan tidak mendapatkan pemakaman yang layak sehingga bangkit dari kematiannya untuk menghisap darah dan membunuh manusia. Buo biasanya mengincar gadis-gadis muda sebagai korbannya (buaya juga si buo ini!).
SRUWET. Sruwet pernah membuat masyarakat Cirebon, Jawa Tengah tidak tenang di tahun 1960-an. Entah kenapa disebut Sruwet, tapi yang jelas menurut folklor lokal sruwet adalah seorang wanita tak dikenal yang menurut masyarakat setempat hanya terlihat oleh warga keluar di malam hari. Menurut mereka, suatu ketika sruwet mendatangi rumah seorang warga yang istrinya akan bersalin dengan menyamar sebagai seorang dukun beranak. Ia kemudian membantu persalinan tersebut, tapi begitu sang bayi dilahirkan, suami wantita yang baru melahirkan itu melihat sruwet berubah menjadi wanita bertaring yang tengah menggigit dan menghisap darah bayinya. Suami yang ketakutan itu kemudian melaporkan hal ini kepada masyarakat yang kemudian menangkap sruwet yang langsung mereka bunuh. Yang menarik, cara pembunuhannya mirip dengan cara membunuh vampir dalam film-film Hollywood; jantung sruwet dipasak dengan bambu runcing kemudian tubuhnya dibakar.
PARAKKANG ATAU POPPO`. Parakkang adalah vampir dalam folklor masyarakat Makassar, Sulawesi Selatan. Yang menarik dari parakkang atau dalam logat yang berbeda dikenal juga dengan poppo` adalah mereka persisi sama dengan kuyang dan palasik; yaitu orang-orang yang dengan ilmu tertentu dapat memisahkan kepala dari tubuhnya untuk mencari manusia yang bisa dimangsa darahnya. Hanya saja ilmu parakkang, berbeda dengan ilmu kuyang dan palasik yang biasanya dipelajari, diturunkan dari orang tua kepada anak lelakinya secara paksa. Untuk catatan saja, ilmu vampirisme dengan modus melepaskan kepala dari tubuh juga bisa ditemukan di folklor masyarakat Filipina pada mahluk yang dikenal dengan nama mandurugo dan manananggal. Bahkan beberapa nara sumber menyebutkan bahwa ilmu kuyang sering juga disebut dengan nama “ilmu mananggal”.
SINSYMONYI. Wilayah Papua juga punya vampir-nya sendiri. Mereka mengenalnya sebagai sinsymonyi. Folklor sinsymonyi sendiri bisa dibilang tidak terlalu populer di Papua dan hanya bisa ditemukan di wilayah pedalaman sebelah timur sampai selatan. Menurut folklor lokal, sinsymonyi adalah para penyihir yang hidup menyendiri di gunung-gunung karena terusir dari suku mereka. Dengan ilmu sihirnya, sinsymonyi akan menyamar menjadi manusia biasa, biasanya berujud nenek renta, untuk menculik bayi-bayi yang baru dilahirkan. Bayi-bayi ini akan dihisap darahnya dan dimakan dagingnya oleh para penyihir ini meskipun menurut beberapa folklor bayi-bayi ini akan dididik oleh para sinsymonyi agar kelak bisa meneruskan ilmu mereka. Seringkali sinsymonyi diburu oleh masyarakat suku-suku yang merasa bayinya telah diculik oleh mahluk-mahluk ini. Bila tertangkap, meskipun bukanlah perkara mudah untuk menangkap sinsymonyi, maka mahluk ini harus dibunuh dengan cara dibakar hidup-hidup agar arwahnya tidak menuntut balas.
3 comments:
Wah,kalo gt..para vampir di Indonesia pd nyeremin smua ya,,
Gak ada yg cakep&keren kaya' yg di Twilight,huehe..
Pdhl pkrku mgkn aj ada vampir2 spt yg ada di novel DARREN SHAN..
Disitu ada 2 macam vampir.
Ya..emg c pas hidup ada senengnya jg py ilmu kaya gt,,bs nglakuin hal2 yg gak bs dilakuin org2 biasa,
Tp gak enaknya ntar kalo ud mati y,,
Kebanyakan sulit matinya,,ilmunya kdu dibuang,,& trutama..dosanya tu lo,,prtanggungjawabannya sm YME
ehmm..
menarik juga.,tpi serem juga siy..
ekg yng begituan ntu ada di era 80-an aja ya..??
gmn klo pada zaman sekarang..??
msi adakah suku-suku ato vampir ato sejenisnya ntu yakk..???
tdi kan djelaskan di daerah sekitar kalimantan, sumatera, cirebon ma di papua.,gmn yg di daerah jawa timur..uda ada penelitian blum..
tlong donk dijelasin juga..
tengkyu..
kalo didasarkan sama folklor, mahluk2 macem hantuen, kuyang dll itu ya masih ada sampe sekarang. tapi sekali lagi itu menurut folklor loh ya, saya gak tau "kenyataannya". mungkin ki joko bodo lebih tau hehehe...
di daerah Jawa Timur...pernah denger cerita ttg vampir perempuan di daerah Kembang Kuning (kalo saya gak salah inget nama jalannya)di thn 30-an? saya dpt cerita ini dari bukunya Prof James Danandjaja, guru besar folklor UI. nanti kalo sempet saya post deh ceritanya.
BTW, trims udah mau posting komen yak.
Post a Comment